widget
http://www.antonhariyanto.co.co. Diberdayakan oleh Blogger.

PERANG IKLAN KARTU AS VS XL

Iklan sudah menjadi bagian hidup kita, itu sudah tidak bisa di pungkiri. Bahkan iklan pun sudah memberi kehidupan bagi berbagai sektor, baik secara langsung maupun tidak. Mulai dari jasa advertising, percetakan, media, aktor/aktris yang menjadi bintang iklan dan masih banyak bidang lain yang menangguk keuntungan.
Jika kita masuk ke pembicaraan masalah 'perang iklan', ingatan kita akan menuju pada dua operator yang lagi gencar-gencarnya melakukan serangan yaitu XL (PT Excelcomindo Pratama) dan Kartu As (PT. Telekomunikasi Seluler). Dari hari ke hari serangan kian tajam dan memanas, namun apakah kita, sebagai konsumen, merasa diuntungkan?


Ronde pertama dimulai dengan membelotnya komedian Sule ke Kartu As, setelah sebelumnya menjadi objek penderita di iklan TVC XL, saat itu ada dialog dimana Sule di "hina"  fisiknya oleh seorang bocah (yang diperankan Baim), tag line yang sangat menusuk adalah pada saat Sule megatakan "...Jangan mau diboongin anak kecil!!",... apalagi setelah itu ada seorang anak kecil dengan penampilan mirip Baim turut membantu meyakinkan pemirsa dengan ucapan " ...Ternyata kartu As paling murah ya om Sule ?..."

Level berikutnya, pihak XL sepertinya tidak mau terpancing, dengan menawarkan konsep baru dalam strategi promosinya. Sementara Kartu As sepertinya ingin memanfaatkan hiruk pikuk kemenangan grup Klantink pada program Indonesia Mencari Bakat Trans TV, sehingga gema peperangan sedikit mendingin.


Sampai akhirnya sekarang, saat XL merilis promo TVC versi "Kuntilanak" , pihak Kartu As seperti gatal tangannya untuk tidak mengganggu. Dirilislah iklan versi Putri tidur untuk mengganggu XL, padahal dalam waktu yang bersamaan Kartu As sekarang masih menebar iklan versi sma*sh, boy band pendatang baru yang sedang naik daun di tanah air saat ini.


Perang iklan bukan hanya iklan televisi, tapi juga pamflet bahkan di radio. Bahkan iklan versi radio, XL berani ngejek Kartu As, Esia dan IM3 sekaligus.

iklan XL di radio: setting mungkin di kelas, antrian dokter atau apalah yang jelas menggunakan nomor antrian.
wanita: nomor 1 (tarifnya esia)
rame: nggak ada bu..
wanita: nomor 20 (tarifnya Kartu As)
rame: nggak ada bu..
wanita: nomor 24
rame: nggak ada bu..
wanita: disini rame kenapa nggak ada semua, bapak2 ibu2 adik2 ngambil nomor berapa?
rame: kita semua ngambil nomor O bu..
terus ada penjelasan intinya Rp 0 untuk 30 detik pertama..

hahaha... apakah kita akan menelpon 30 detik, matiin, telpon telpon lagi 30 detik matiin lagi begitu seterusnya?

Saya pernah menggunakan Kartu As, yang mengklaim Rp 20/menit langsung dr menit pertama, belum pernah sekalipun menikmatinya. Entah bagaimana caranya, mungkin saya yang kurang tahu. yang saya tahu emang ada cara untuk telpon Rp 1000/10 menit dengan cara menambahkan #1+nomor tujuan itu juga hanya berlaku untuk nomor telkomsel (kartu As, Simpati dan Halo). Tarif internet masih Rp 5/kb kecuali dengan registrasi dahulu, bisa dapat Rp 1000/MB.

atau kemaren melalui *100# >>paket sejam seribu>> hanya ada pilihan 1. sejam siang Rp 1000 60 mnt s.d 16.59 dan 2. sejam malam 60 mnt s.d 23.59 ketika dipilih ada sms notifikasi Permintaan anda sedang diproses dan beberapa jam kemudian ada sms notifikasi lagi yang intinya mengatakan server sibuk, coba lagi esok. atau sejenis.

Kreatifitas Marketer sangat dipertaruhkan dalam menggaet konsumen, namun alangkah baiknya jika etita tetap diperhatikan.
Mungkin iklan tetaplah iklan, yang hanya bermanfaat untuk menjaring konsumen, dan terkadang tidak bermanfaat bagi konsumen.

PERSAINGAN DAN PERANG MEREK COCA COLA VS PEPSI COLA

Perang merek antara dua merek raksasa ini benar-benar bikin semua orang di dunia pemasaran menahan nafas, mengerinyitkan dahi dan lalu garuk-garuk kepala.

Sejak dua merek tersebut dilahirkan, masing-masing pada tahun 1886 dan 1903, hampir bisa dikatakan persaingan keduanya  sudah dimulai. 
Saling sikut dan perang iklan, baik iklan cetak dan video. Mereka berambisi bisa meraih dominasi pasar minuman ringan berkarbonasi. Bisa dimaklumi kalau terkadang masalah etika pun dikesampingkan.

Nah, kini sambil tidak mempermasalahkan dulu masalah etika, mari kita lebih menyorot kreativitas Coca Cola dan Pepsi dalam upayanya memenangkan simpati dan preferensi pelanggan.

Berikut ini adalah beberapa contoh iklan yang kontroversial bahkan cendrung tidak sehat, namun  mulai di ikuti oleh beberapa iklan TV Comercial di Indonesia.











SEJARAH COCA COLA

Diciptakan pertama kali di bulan Mei 1886, oleh Dr. John S. Pemberton di Atlanta,
Georgia. Nama "Coca-Cola" sebenarnya merupakan ide dari Frank Robinson,
yang menjadi pemegang pembukuan Dr. Pemberton, yang kemudian 

menggambarkannya dalam bentuk teks script yang melayang, yang menjadi sangat 
terkenal hingga saat ini. Nama Coca-Cola sendiri sebenarnya berasal dari campuran 
bahan minuman tersebut yaitu stimulant cocaine, yang dicampur dengan kola nuts (yang
merupakan bahan caffeine). Percaya atau tidak, awalnya Dr. Pemberton mengklaim bahwa Coca-Cola dapat menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk morphine addiction,
dyspepsia, neurasthenia, sakit kepala, dan impotensi dan dijual seharga 5cent per gelar.
Pemberton terinspirasi atas kesuksesan cocawine Perancis Vin Mariani, yang dibuat oleh
Angelo Mariani.
Penjualan pertama dilakukan di Atlanta, Georgia di sebuah farmasi bernama Jacob
Pharmacy pada tanggal 7 Mei 188, dan dalam delapan bulan pertama, terjual sebanyak
sembilan minuman setiap harinya. Dr. Pemberton memasang iklan pertama kali pada
tanggal 29 Mei di Jurnal Atlanta untuk produk minuman. Total penjualan yang berhasil
dilakukan oleh Dr. Pemberton pada tahun pertama sebanyak $50, namun pengeluaran
pada tahun tersebut mencapai $70, sehingga mengalami kerugian saat itu. Kini, produk
Coca-Cola dikonsumsi lebih dari 834 juta per hari.
Tahun 1887, Dr. Pemberton menjual sebagian saham perusahaannya kepada Asa Griggs
Candler, yang menjadikannya sebagai sebuah perusahaan berbadanhukum Coca Cola
Corporation di tahun 1888. Di tahun yang sama, Pemberton menjual sahamnya kedua kalinya
kepada tiga orang pebisnis, yaitu J.C. Mayfield, A.O. Murphey, dan E.H. Bloodworth.
Sementara itu, anak Dr. Pemberton, yaitu Charley Pemberton mulai menjual minuman
buatannya sendiri. Hingga pada saat itu, ada tiga macam produk Coca- Cola, yang dijual oleh
tiga perusahaan yang berbeda, berada di pasaran.
Menaklukkan Amerika
Di tahun 1891, Asa Candler yang merupakan pemilik dari bisnis Coca-Cola yang telah dijalankannya selama lima tahun, berhasil mendapatkan $2.300, kemudian sempat mencoba beberapa jenis produk lainnya, namun kemudian menghentikan serta memfokuskan diri sepenuhnya pada minuman yang berhasil membuatnya menjadi seorang pebisnis yang sukses. Candler mendaftarkan trademark "Coca-Cola" pada kantor paten Amerika dan membayar dividen pertamnya sebanyak $20 di tahun 1893. Candler secara pribadi selalu melibatkan diri dalam proses pencampuran setiap tetes sirup yang dibuatnya. Formula rahasiatersebut dikenal dengan sebutan "7X", dan hanya diketahui oleh beberapa rekanan yangsangat dipercaya. Dalam waktu tiga tahun kemudian, seiring dengan perkembangan dunia periklanan dan promosi saat itu, seperti penggunaan souvenir, kalender yang menampilkan gambar perempuan muda dan tidak terhitung berbagai hal yang baru, Coca-Cola berhasil menembus ke setiap negara bagian Amerika Serikat. Logo Coca-Cola menyebar dan dapat ditemukan di seluruh penjuru dinding di Amerika, yang bila dihitung secara kasar mencapai
2,5 juta kaki persegi. Candler berhasil membuat masyarakat untuk mencoba minumannya dan
mereka membelinya. Sejarah membuktikan bahwa apa yang dilakukannya benar yaitu dengan membentuk persepsi bahwa minumannya lebih dari sekadar suatu minuman bersoda.
Pada saat itu juga, sebuah toko permen di Mississippi yang terkesan dengan besarnya permintaan terhadap minuman ini, mencoba membotolkan dan menaruhnya di depan tokonya. Idenya adalah seharusnya masyarakat bisa membawa minuman penyegar kemanapun mereka pergi. Tahun 1899, pembotolan skala besar dilakukan oleh dua orang Chattanooga, entrepreneur dari Tennesse, yang membeli hak untuk membotolkannya (seharga satu dollar) dan menjual Coca-Cola di seluruh Amerika Serikat. Apa yang dilakukan
ini menjadi pelopor dari suatu jaringan produksi dan distribusi terbesar di seluruh dunia. Tulisan Coca-Cola (spencerian script), biasanya disertai dengan kata "drink", mulai memenuhi sisi-sisi berbagai bangunan dan gudang di seluruh Georgia, segera setelah Coca- Cola Company terbentuk. Di tahun 1960an, saat dunia periklanan berubah dan arti lain dari periklanan mulai bermunculan, Coca-Cola pun mulai bergerak ke penggunaan metode- metode promosi yang lebih modern hingga kini.

SEJARAH PEPSI COLA

Pepsi Cola ditemukan oleh Caleb Bradham, seorang ahli farmasi dari New Bern, North Carolina. Seperti ahli farmasi kebanyakan pada saat itu, dia juga memasang dispenser minuman bersoda di toko obatnya. Dia menjual minuman bersoda ciptaannya sendiri. Minuman ciptaannya yang paling populer bernama "Brad's drink" terbuat dari air, gula, vanilla, pepsin dan biji cola. "Brad's drink", di buat pada musim panas tahun 1898, dan kemudian berubah nama menjadi "Pepsi Cola" setelah pepsin dan biji cola digunakan dalam resepnya. Nama Pepsi Cola didaftarkan pada tanggal 16 Juni 1903.
Sesudah 17 tahun sejak kesuksesannya, Caleb Bradham harus kehilangan Pepsi Cola
karena kekalahannya di pasar saham. Dia percaya bahwa harga gula akan naik, tetapi
ternyata sebaliknya sehingga diapun bangkrut dalam sekejap. Hal ini berakibat
bangkrutnya Pepsi Cola pada tahun 1923.

Tahun 1931, Pepsi Cola di beli oleh presiden Loft Candy Company yang bernama
Charles G. Guth dan melakukan perubahan pada formula minuman tersebut. Tahun 1940,
sejarah dibuat dengan di buatnya jingle iklan pertama yang disiarkan secara nasional.
Jingle lagu yang berjudul "Nickel Nickel" yang ditayangkan untuk Pepsi Cola menaikkan
harga saham pepsi cola dan jumlah saham. "Nickel Nickel" menjadi hit dan direkam
dalam 55 bahasa.Tahun 1964, untuk pertamakalinya Diet Pepsi diperkenalkan..


PERSAINGAN COKE VC PEPSI
Perang ini dimulai pada era tahun 60 an dimulai dengan diakuisisinya Minute Maid yang

merupakan produsen jus buah, Dunkan foods yang menjual kopi ,the dan coklat hangat

serta Belmont Spring Water. Pepsi sendiri tidak mau kalah, mereka melakukan merger

dengan Frito Lay yang merupakan pemain utama dalam pasar makanan ringan dan

membentuk Pepsi-Co. Tujuan Pepsi melakukan merger ini adalah untuk menciptakan

sinergi yang diharapkan nantinya akan meningkatkan penjualan.

Pada periode ini Coca-Cola lebih memfokuskan diri pada pasar diluar negeri dengan
alasan bahwa pasar minuman ringan didalam negeri (U.S) telah mengalami kejenuhan.


Sedangkan Pepsi sendiri tetap secara agresif mengekspansi pasar U.S dan berhasil
mendapatkan pangsa pasar dua kali lipat pada periode waktu 1950 dan 1970.
Selanjutnya pada era 70 an Pepsi berhasil menyalip penjualan Coca-Cola pada jaringan
restaurannya. Selanjutnya yang dilakukan oleh Coca cola adalah melakukan
restrukturisasi dalam halfr anchis ing
didalam menetapkan harga. Setelah itu Coca-cola mengumumkan kenaikan harga yang
cukup signifikan dan diikuti Pepsi dengan menaikan harga sebesar 15 %.
yang bertujuan untuk mendapatkan keleluasaan
Perang cola di era 80 an ditandai dengan dijualnya hampir semua anak perusahaannya
yang berbisnis non CSD (Carbonate Soft Drink) kecuali Minutes Maid. Kemudian Coca-
cola mengumumkan akan mengganti resep minumannya yang telah berumur 99 tahun.
Hal ini berdampak pada kehilangan sebagian besar kostumer loyalnya. Hal ini segera
diantisipasi Coca-cola dengan meluncurkan produk bernama Coca-Cola Classic yang
menggunakan resep lama tiga bulan kemudian. Selanjutnya Coca-cola meluncurkan 11
produk baru yang salah satunya adalah Diet Coke yang diperkenalkan pada tahun 1982
dan dengan segera menjadi minuman bersoda paling popular dan berada di peringkat 3
penjualan CSD di U.S. Pepsi juga tidak mau kalah dengan ikut meluncurkan 13 produk
minuman baru. Baik Pepsi-Co maupun Coca-cola menawarkan lebih dari 10 produk
utama minuman ringan dengan beraneka rasa dan lebih dari 17 model kaleng maupun
botol kemasan yang berbeda-beda.

Pertumbuhan volume penjualan di U.S sendiri hanya berkisar 1% pada periode 80an dan
meningkat hanya mnejadi 3 sampai 7 persen pada periode berikutnya. Sedangkan
permintaan di pasaran global cenderung datar datar saja. Ketika Coca-cola mengalami
kesusahan dalam penjualannya, sebaliknya Pepsi justru diam-diam mengalami
pertumbuhan dalam penjualannya dengan cara mengekspansi beberapa perusahaan
minuman ringan dari jenis lain. Sebagai perbandingan Pepsi mengalami pertumbuhan 3%
pada tahun 2004 sementara penjualan Coca-cola berjalan ditempat.
Pada masa berikutnya konsumsi minuman ringan bersoda mulai mendapat kritikan dari
pemerhati kesehatan. Badan Nutrisi Amerika mengidentifikasikan bahwa konsumsi 
minuman ringan bersoda merupakan penyebab utama terjadinya obesitas pada
masyarakat Amerika Serikat. Langkah Pepsi yang mengakuisisi perusahaan minuman
non soda memang tepat. Pada tahun 2004 Pepsi berhasil menguasai pasar non CSD di
U.S dengan market share sebesar 47,3%, melampaui Coca-cola yang hanya berhasil
mendapatkan pangsa pasar sebesar 27%.
Pada periode selanjutnya bisa dilihat pada gambar, bahwa dalam kurun waktu 2006 sampai 2007 market share CSD dikuasai oleh Coca Cola. Pada kurun waktu tersebut diluncurkan juga beberapa produk baru seperti Pepsi Blue dan Coca-Cola Zero.


Coca-cola zero dan Diet Coke dipromosikan sebagai produk Cola yang memiliki kadar
gula rendah. Pola hidup masyarakat yang semakin sehat menganggap kalori berlebih yang ada pada produk Coca-cola merupakan ancaman besar bagi berat badan mereka. Sehingga produk ini diciptakan oleh Coca-cola untuk menyasar konsumennya yang sedang berdiet maupun masyarakat yang khawatir akan mengalami obesitas.
Produk Diet coke muncul pada tahun 1982 dengan tagline sugarfree dan low calories. Hal
ini sejalan dengan regulasi yang mulai dijalankan di beberapa negara mengenai
pembatasan jumlah kalori yang terkandung dalam minuman bersoda. Produk ini juga
aman untuk dikonsumsi penderita diabetes karena tidak mengandung gula sama sekali
dan juga hanya mengandung sedikit sekali kalori. Sedangkan produk Coca-cola Zero
adalah produk Coca-colasugar fr ee
melimpah dibandingkan dengan Diet Coke.
terbaru yang dikatakan memiliki rasa yang lebih
Pada perkembangan selanjutnya, isu yang dihadapi oleh produsen CSD (Pepsi & Coke)
adalah isu kesehatan. Siklamat yang merupakan pemanis buatan dan biasa digunakan
oleh Coca-cola ditengarai bisa menyebakan kanker. Bahkan produk Coca-cola Zero yang
pemanisnya hanya menggunakan siklamat, ditarik perederannya oleh Pemerintah negara
Venezuela.

Distribution system
Sistem distribusi Coca-cola merupakan salah satu sistem distribusi terbaik. Armada distribusi Coca-cola mampu menyalurkan barang hingga daerah pelosok. Hal ini tidak lepas dari banyaknya produk yang dimiliki dan distribusikan secara bersamaan,

yang akhirnya berimbas pada minimumnya biaya distribusi dan dapat membuat Coca-
cola memiliki cost advantage.
Selain itu, Coca-Cola juga memiliki bottling network yang luas serta kuat. Hubungan diantara mereka cukup kuat dimana perusahaanbottler tidak diperbolehkan untuk ikut mengemas merk – merk baru dari pesaing baru yang memproduksi barang yang relatif sama dengan product line yang diusung oleh Coca – Cola. Kemudian, ketersedian produk mereka juga didukung oleh kedudukan kompetitif mereka terhadap
retailer atas para pesaingnya. Dalam hal ini, Coca-Cola mampu memberikan margin
yang lebih tinggi kepadar etailer guna menjual produk-produk mereka dibandingkan para
pesaingnya.
Supplier Case: NutraSweet
Selama hampir 17 tahun G.D Searle memegang hak paten penuh atas pemanis
buatan dan ia menjadi satu-satunya produsen artificial sweetner
digunakan oleh semua produsen minuman ringan termasuk didalamnya Coca-cola
company. Produknya yang bernama NutraSweet merupakan satu satunya pemanis buatan
yang memenuhi standar kesehatan (sakarin dan produk lainnya telah dilarang karena
menimbulkan penyakit). Searle memperoleh hak istimewa tersebut karena jasanya
menemukan produk tersebut dan perusahaan lain dilarang memproduksi barang serupa
karena ada hokum paten yang melarang diproduksinya barang temuan baru kecuali oleh
penemunya dalam kurun waktu 17 tahun setelah penemuannya.
(pemanis buatan) yang
Pada tahun 1992 Hak Paten yang dimiliki Searle telah kadaluarsa dan banyak
indutri berlomba memproduksi produk serupa. Sebelum tahun 1992 Searle dengan
mudahnya menaikkan harga menjadi dua kali lipat, namun para produsen minuman
ringan tidak memiliki pilihan selain tetap membeli produk tersebut. Saat ini NutraSweet
tetap menjadi produk pemanis buatan yang dipilih oleh kebanyakan produsen minuman
ringan namun tentu saja dengan harga yang jauh lebih rendah.
Dari Kasus diatas kita bisa membuktikan bahwa teori yang mengatakan
Bargaining position daya atau input mereka sangat vital bagi perusahaan” , sedangkan 

Searle memiliki kedua produsen akan meningkat apabila mampu memonopoli sumber
hal tersebut sehingga posisi tawarnya menjadi sangat kuat bagi perusahaan-perusahaan
minuman yang ada.

SEMAKIN TAU SEMAKIN TAKUT

Saat bingung mau ngapain saat liburan, ehh di koran nongol iklan jalan-jalan akhir tahun ke Kuala Lumpur (KL), Genting Highland dan Malaka. Daripada bengong di rumah, saya ajak aja istri untuk bulan madu (entah keberapa). “Yuk!”, dia menyaut.
 
Perjalanan itu sungguh membuat saya takjub, bagaimana pariwisata menjadi pemasok devisa yang besar bagi negara kecil tersebut. Jangan bandingkan dengan Indonesia tentang kekayaan wisatanya. Negeri kita…., jaauuuh lebih kaya dan cantik dari mereka. 
 Hanya saja, kita tertidur, sedangkan mereka sudah terbang. Yang mereka sebut-sebut sebagai ‘Caves’, tak lebih cantik dibanding Ngarai Sianok di Bukit Tinggi. Pemandangan sekitar Genting Highland, tak lebih apik dibanding Puncak – Bogor. Tapi mengapa setiap sudut dari Genting bisa menghasilkan uang. 
Mungkin anda akan menjawab karena adanya casino disana. Menurut saya bukan. Buktinya, mayoritas dari pelancong, justru tidak pernah menginjakkan kaki ke ruang casino, termasuk saya. Namun wisata belanja dan permainannya yang mirip miniatur Dufan – Ancol, cukup membuat kaki kita pegel menapakinya.

Rombongan kita sempat singgah di Duty Free Shop, yang terletak di kawasan pergudangan di daerah KL, yang jauh dari keramaian. Tempat itu benar-benar tidak seperti showroom jam dan cendera mata untuk turis. Harganyapun jauh lebih mahal dibanding dengan Batam. Tapi kenapa ramai dan laris? Turislah pembelinya. 
Sempat juga kita terhenti ke pusat penjualan coklat, ya, permen coklat, yang harganya terbilang mahal, tapi laku keras juga bak kacang goreng. Pernah saya lontarkan ide tentang membuka toko turis ini di kelas pengusaha di Bali, seperti halnya ‘toko Erlangga’, ehh kebanyakan mengatakan,”Turis sekarang pinter-pinter Pak, mereka tahu beli dimana yang murah”. Inilah yang disebut ‘BANYAK TAHU, BANYAK TAKUT’. 
Mereka berfikir para turis tahu tempat yang murah, seperti halnya mereka. Padahal, prosentasi yang tidak tahu dan ‘pasrah’ terhadap tour guide lebih banyak. Dan perlu diingat, banyak dari para pelancong yang tidak price sensitive, alias “bayar aja deh…!”
 
Masih nggak percaya kalo tempat terpencil tindak menjadi masalah? Coba datangi tempat-tempat berikut ini, Molen Kartikasari – Bandung, yang tempatnya di gang sempit seukuran satu mobil; Brownis Amanda – Bandung; Bolu Meranti – Medan; Moaci Gemini – Semarang; Pedesan Pepaya Teluk Betung – Lampung; dan masih banyak lainnya. Mungkin Anda berfikir bahwa mereka sudah lama berdiri, namun sebenarnya itu semua bisa diciptakan secara instan dengan pola kerjasama bersama tour & travel. 
 
Ingat, mayoritas pendatang di suatu kota, baik untuk urusan wisata atau bisnis, mereka akan menanyakan,”Apa oleh-oleh khas sini?”. Jangan takut, masih banyak yang tidak tahu!

Oleh:
Jaya Setiabudi

TERIMALAH AKU SATU PAKET

Beberapa tahun yang lalu, Indonesia memilki idola dari segala idola. Hampir semua golongan dan bahkan lintas agama mengagungkannya. Pamornya melebihi presiden ataupun bintang film paling terkenal sekalipun. Kharismanya saat berbicara membuat para jendralpun ‘segan’ saat berdampingan dengannya. Siapa lagi jika bukan KH Abdullah Gymnastiar, atau lebih beken dengan sebutan Aa Gym. 
 
Saya pernah diminta menjadi MC dadakan, pada acara ‘wejangan’ untuk para pengusaha di bawah bendera HIPMI Batam. Tak seperti biasanya yang lancar berbicara di depan umum, kali itu keluar keringat dingin saya. Spontan saya berucap,”Ntah kenapa saya merasa seperti seekor monyet yang penuh dosa dihadapan Aa (panggilan Aa Gym) yang begitu mulia. Seolah mata Aa menelanjangi aib-aib saya.” Aa-pun tersenyum dan hanya mengucap,”Masa’ sih?!”
 
Tak berapa lama kemudian, ada sebuah berita tentang ‘penambahan’ statusnya sebagai seorang suami. Meski beliau tidak melakukan suatu ‘kesalahan’ secara hukum agamanya, namun beliau melakukan sesuatu yang tidak ‘disukai’ oleh kebanyakan orang, apalagi kaum hawa. Tak lama berselang, mayoritas umatnya mulai meninggalkannya. Anehnya, meski kata-kata dalam dakwahnya sama dan baik, namun mayoritas orang tidak lagi mempedulikannya? Mengapa? Karena mereka kecewa. Sosok Aa Gym dianggap telah ‘menodai’ keagungan seorang figur masyarakat. Darimana datangnya kekecewaan itu?
 
Sebelum Aa Gym berpoligami, beliau memiliki ‘harapan peran’ sebagai seorang yang dianggap ‘suci’ oleh masyarakat. Namun masyarakat tidak sadar bahwa Aa Gym bukanlah malaikat. Mereka tidak mencari tahu apa sesungguhnya alasan Aa berbuat seperti itu? Tapi mereka telanjur menghakimi berdasarkan prasangka mereka. Apalagi mendapat dukungan kaum oportunis, juga media masa yang memancing di air keruh.
 
Sudah menjadi sifat dasar manusia memandang seorang publik figur seolah malaikat. Mereka menilai orangnya, bukan hikmah yang diajarkannya. Bagaimana dengan orang tua atau anak Anda? Apakah Anda masih menghargai dan menerima mereka, meski ‘menurut kita’, mereka berbuat nista? Mengapa tidak kita anggap seolah saudara kita? Ingat, benar menurut siapa, salah menurut siapa?

“Terimalah aku satu paket, bukan hanya sisi baiknya, namun sisi kurangnya juga. Aku hanyalah manusia, bukan makhluk tanpa dosa. Aku belajar dengan waktu bahwa manusia berubah dengan waktu dan kejadian-kejadian. Aku belajar dengan pengalaman, ternyata banyak prasangkaku yang keliru. Aku belajar dengan waktu, untuk memahami, bukan menghakimi.”


Penulis:
Jaya Setiabudi

Bob Williamson: Hampir Bunuh Diri Tapi Memilih Bangkit

Sukses bisnis kadang diraih melalui kombinasi antara kerja keras dan keberuntungan yang tampak sederhana. Salah satu yang mendapatkannya adalah Bob Williamson.Bob memang beruntung dan menjadi pengusaha hampir karena kecelakaan. Tapi sebenarnya ia berhasil karena memiliki semangat kuat untuk memperbaiki nasibnya yang salah arah di waktu muda.
 
Bob lahir dari seorang ayah tentara. Sejak kecil selalu berpindah-pindah tempat tinggal, begitupun sekolahnya. Karena sering pindah ia hampir tak punya sahabat. Selain itu jiwanya juga labil. Tukang bikin onar di sekolah atau di luar sekolah, suka berkelahi, dan sebagainya. Lalu godaan terjerumus ke dunia gelap tak bisa ditolak. Sejak remaja ia sudah jadi pemabuk dan pecandu narkoba.

Pada usia 19 tahun, Bob menikah dan usia 20 tahun bercerai. Ia memiliki anak. Ketika ingin menengok anaknya, mantan istrinya malah melaporkannya ke polisi yang membuatnya dipenjara. Kehidupannya makin buruk karena sekeluar dari penjara, ia kembali ke kebiasaan semula. Bahkan ia beberapa kali overdosis yang hampir merengut nyawanya.
Namun kehidupan buruk itu sering disesalinya. Ia merasa, jika terus-terusan seperti itu masa depannya akan hancur. Maka, pada saat usianya 24 tahun, ia pergi ke Atlanta untuk menata hidup baru. Sayangnya ia tak mudah mendapatkan pekerjaan.Bahkan ia sudah putus asa. “Saya bisa saja bunuh diri,” ujarnya.

Akhirnya ia mencoba menahan diri untuk tak jadi pecandu lagi. Bersamaan dengan itu, ia mendapatkan pekerjaan sebagai pembersih batu bata bekas yang akan dijual lagi oleh pemilik usaha itu. Upahnya US$ 15 sehari; cukup untuk menyewa tempat tinggal dan bisa makan. Ia kemudian bahkan bisa menabung.

Suatu kali, ia bisa membeli mobil. Namun baru beberapa hari mengendarainya ia mengalami kecelakaan hebat yang hampir membuatnya tewas. Ia dirawat untuk beberapa waktu. Selama dirawat ia rajin membaca kitab suci. Dari sana, pelan-pelan semangat hidupnya tumbuh. Apalagi ia kemudian bertemu dengan perempuan yang sekarang menjadi istrinya, yang membuatnya makin terdorong untuk memperbaiki hidupnya.

Sekeluar dari rumah sakit, ia diterima di perusahaan cat Glidden sebagai tukang tempel label pada kaleng cat dan bekerja sehari penuh di basement yang mirip goa. Meski begitu ia menerimanya dengan sabar. Tekadnya untuk memperbaiki nasib sudah bulat. Sambil bekerja, dengan tekun ia juga banyak belajar dari ahli cat di perusahaan itu. Sikapnya yang baik membuat prestasi kerjanya juga baik dan beberapa kali mendapatkan promosi. “Dalam waktu dua tahun (di Glidden) saya mendapatkan promosi sebanyak delapan kali,” ujarnya.

Setelah dua tahun di Glidden, ia pindah ke dua perusahaan cat lain. Lalu ia menemukan sesuatu, bahwa para artis wildlife (pelukis yang menggambar kehidupan alam liar, hobi yang juga ia tekuni) umumnya menggunakan cat mobil untuk mendapatkan hasil lukisan yang sempurna. Tetapi itu tentu saja mahal. Bob kemudian terpikirkan untuk membuat cat lukis baru bagi mereka yaitu jenis airbrush. Karena itu, selama dua tahun, ia berkutat di rumahnya untuk membuat ramuan catnya. Tak lama, catnya jadi. Untuk memperkenalkannya ia ikut pameran dengan menyewa stan/booth sendiri. Ia juga beri nama perusahaannya sebagai Polytranspar. Ternyata banyak pelukis yang ingin membeli catnya. Selanjutnya, ia keliling Amerika untuk menawarkan cat produksinya ke berbagai pelukis. Lalu, ia berhenti dari tempatnya bekerja agar bisa konsentrasi mengembangkan bisnis sendiri. 

Pada tahun 1977, Bob mendirikan perusahaan cat Master Paint System. Sejak itulah bisnisnya menggelinding, makin lama makin besar dan makin banyak.Karena bisnisnya makin banyak, Bob mulai kebingungan mengelolanya. Pada awal 1980-an, ia mencoba membuat sistem pengelolaan bisnisnya mulai dari pengelolaan gudang, inventori barang, supply chain management dan sebagainya.

Bob ternyata jeli. Setelah para programernya membuat software manajemen untuk usahanya, ia juga menawarkan jasa pembuatan software sejenis pada banyak perusahaan. Dari sinilah ia mengembangkan bisnis software-nya. Meski sempat hampir bangkrut, Bob berhasil mengembangkan Horizon Software menjadi salah satu perusahaan software besar di Amerika sengan spesialisasi software pengelolaan kafetaria sekolah, barak-barak militer, rumah sakit, perguruan tinggi, dan sebagainya. Saat didirikan tahun 1992, Horizon baru mempekerjakanempat orang programmer. Sekarang perusahaan ini sudah memiliki hampir 180 karyawan. Omsetnya mencapai US$ 30 juta setahun atau sekitar Rp 270 miliar!

Jika dulu menuruti rasa putus asa ketika menghadapi kesulitan, mungkin Bob Williamson malah sudah tiada karena bunuh diri. Tetapi ia memilih bangkit dan bisa meraih kesuksesan besar! Luar Biasa!!